Penulisan ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Penulisan ilmiah juga merupakan uraian atau laporan tentang kegiatan, temuan atau informasi yang berasal dari data primer dan / atau sekunder, serta disajikan untuk tujuan dan sasaran tertentu. Informasi yang berasal dari data primer yaitu didapatkan dan dikumpulkan langsung dan belum diolah dari sumbernya seperti tes, kuisioner, wawancara, pengamatan / observasi. Informasi tersebut dapat juga berasal dari data sekunder yaitu telah dikumpulkan dan diolah oleh orang lain, seperti melalui dokumen (laporan), hasil penalitian, jurnal, majalah maupun buku.
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Atas dasar itu, sebuah karya tulis ilmiah harus memenuhi tiga syarat:
1. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah
2. Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah
3. Sosok tampilannya sesuai da telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
1. Argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan
2. Dukungan fakta empirik
3. Analisis kajia yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek/matra. Kelima aspek tersebut
adalah:
a. Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam
a. Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam
suatu karangan. Artinya,
bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu
sama lain. Pada pendahuluan
misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan
masalah – tujuan – dan manfaat harus
berkaitan. Rumusan masalah juga harus
berkaitan dengan bagian landasan
teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan
harus berkaitan juga dengan
kesimpulan.
b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang sesuatu yang harus didahulukan/ditampilkan
b. Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang sesuatu yang harus didahulukan/ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling
mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti
urutan pola pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir
secara umum. Landasan teori merupakan paparan
kerangka analisis yang akan dipakai
untuk membahas. Baru setelah itu persoalan
dibahas secara detail dan lengkap.
Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup
karangan ilmiah
c. Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang
menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan
kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir
sebagian besar isi karangan ilmiah
menyajikan argumen-argumen mengapa masalah
tersebut perlu dibahas
(pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam
analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d. Aspek teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang
dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan
pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat
baku dan universal.
e. Aspek bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa
dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan
bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat justru akan
mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra
lebih-lebih untuk karangan ilmiah
akademis.
Beberapa ciri bahasa ilmiah: kalimat
pasif, sebisa mungkin menghindari kata ganti diri
(saya, kami, kita), susunan kalimat
efektif/hindari kalimat-kalimat dengan klausa-klausa
yang panjang.
SUMBER
:
DAFTAR PUSTAKA :
Jumanta. Tanpa Tahun.
“Penalaran dalam Proses Penulisan Ilmiah”. Dalam Univ. Esa
Unggul/Jumanta/MKU 113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar